Bidvertiser

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 19 Juli 2009

Di Batam Sudah 3 Bulan?

Bila Anda Tiba Anda Menyesal.... itulah akronim pertama dari Batam yang aku dengar 1 hari sedatangnya ku di Batam 15 Mei lalu. Perasaan menyesal seperti apa? yang bagaimana kala itu aku tak tahu. Memang setibanya ku dijemput di Bandara Hang Nadim pukul 17.00 waktu Batam ada perasaan aneh, lampu jalan yang tak terang benderang serta kiri kanan yang kulihat masih banyak semak belukar seakan kota ini tak terawat dan masih banyak belantara.
Bahu jalan yang tak terurus, banyak debu yang berterbangan apalagi dihiasi oleh kiri kanan kulihat rumah liar (ruli) yang dibangun seenaknya menambah kesan kumuh pulau yang kini aku tinggali dalam mengais keberkahan Tuhan.

Sesal menyesal itu datang seminggu ketika kesepian meraja dalam diriku, Ku tak berkeluarga, tak punya sanak saudara, family di Batam ini. Kemana aku harus mengadu dan mengeluh, dalam genggamanku hanya sebuah ponsel yang ku isi dengan banyak isi ulang yang menjadi temanku. Ku berkeluh, berkesah ke kampung halaman ku, pada Ayah, Ibu, atau saudara bahkan teman yang tak pernah ku keluhkan menjadi teman bicara yang asyik dalam membunuh perasaan sepi ini.
Sabar sabar dan sabar lagi, hanya kata itu yang kudengar dari semua nomer ponsel yang aku hubungi. Sekalinya ada yang bersimpati mereka hanya berujar "mau pulang lagi, biar kusiapkan tiketnya" hanya kata itu yang terus terulang.
Ku pikir di batam ini aku akan menjadi worker, begitu tiba tak menunggu lama aku langsung kerja, kerja dan uang uang uang begitu hasilnya. Tapi anggapan itu salah, Surviver, mencoba betah dengan bertahan. Betah dan bertahan begitu mungkin.
Apa dan mana pengalaman ku selama 1/4 tahun di batam ini boleh di bilang nihil, nol besar. Aku tak punya komunitas yang sehati dan sejalan. Ku hidup hanya pada komunitas yang keras, mengandalkan otot bukan urat saraf.
Kini kuberharap ada teman dan kekasih di batam ini, di tengah kerinduanku akan dia yang memaksaku berangkat ke sini dan kerinduanku pada gelak tawa dan bahak kawan saudara yang menikmati kopi hangat dan berbatang rokok di tangannya. Insya allah bulan 11 aku pulang, dan jangan ada ke rinduan dalam hatiku akan batam.

Comments :

0 komentar to “Di Batam Sudah 3 Bulan?”